Profil Stella Christie: Sosok Akademisi dan Ilmuwan Berprestasi

Stella Christie, ilmuwan dan akademisi terkemuka, kini resmi menjabat sebagai Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendikti Saintek) dalam Kabinet Merah Putih. Stella akan mendampingi Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Prof. Satryo Soemantri Brodjonegoro bersama Prof. Dr. Fauzan M.Pd. Penunjukan Stella ini menarik perhatian publik, terutama ketika ia dipanggil oleh Presiden Prabowo Subianto ke kediamannya di Kertanegara, Jakarta Selatan, pada Selasa (15/10/2024). Mengenakan batik, Stella memberikan pernyataan kepada media tentang latar belakang pendidikannya dan perannya di dunia akademik dan riset.

1. Karier Sebagai Ilmuwan di Bidang Cognitive Science

Bacaan Lainnya

Stella Christie dikenal sebagai profesor di bidang cognitive science, cabang ilmu yang mempelajari bagaimana otak manusia berpikir, termasuk keterkaitannya dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI). Ilmu yang ia tekuni bersifat interdisipliner, menggabungkan studi tentang cara kerja otak manusia, hewan, dan AI. Sebagai seorang akademisi, Stella memiliki posisi sebagai guru besar di Tsinghua University, Beijing, sebuah universitas yang termasuk dalam 20 universitas terbaik dunia versi QS World University Ranking 2025.

Di Tsinghua University, Stella tidak hanya mengajar di Departemen Psikologi, tetapi juga memegang peran sebagai Ketua Riset di Laboratorium Otak dan Kecerdasan serta Direktur Pusat Kognisi Anak. Ia telah membuat kontribusi besar dalam riset mengenai cara kerja otak manusia dan pengaruhnya terhadap perkembangan AI.

2. Latar Belakang Pendidikan Stella Christie

Stella Christie mengawali pendidikannya di Jakarta sebelum melanjutkan studi ke Harvard University. Awalnya ia mengambil jurusan Ekonomi, namun kemudian beralih ke jurusan Psikologi, Mind Brain Behavior. Prestasinya di Harvard sangat mengesankan, ia lulus dengan predikat Magna Cum Laude with Highest Honor, sebuah penghargaan bergengsi yang diberikan kepada mahasiswa berprestasi tinggi. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Harvard, Stella melanjutkan studi S2 dan S3 di Northwestern University, memperdalam keahliannya di bidang cognitive science.

3. Karier Riset dan Prestasi Internasional

Karier Stella di dunia riset dimulai pada tahun 2010 sebagai peneliti pascadoktoral di The University of British Columbia, Kanada. Ia juga pernah menjabat sebagai peneliti tamu di Stanford University pada 2015-2016 dan sempat menjadi Associate Professor di Swarthmore College. Selama berkarier, Stella telah menghasilkan sejumlah karya ilmiah yang diterbitkan di jurnal internasional terkemuka, termasuk di bidang perkembangan otak, pembelajaran kognitif, dan hubungan antara manusia dan AI.

Beberapa kajian penelitiannya yang paling menonjol antara lain:

  • Structure mapping for social learning (2017) dalam jurnal Cognitive Science.
  • Sensitivity to relational similarity and object similarity in apes and children (2016) dalam jurnal Current Biology.
  • Children prefer diverse samples for inductive reasoning in the social domain (2016) dalam jurnal Child Development.
  • Language helps children succeed on a classic analogy task (2014) dalam jurnal Cognitive Science.

Penelitian-penelitian ini telah memberikan kontribusi penting dalam memahami bagaimana otak manusia dan hewan memproses informasi serta bagaimana teknologi AI dapat dikembangkan untuk meniru proses tersebut.

4. Fokus Program di Bidang Pendidikan dan Inovasi

Setelah dilantik pada 21 Oktober 2024, Stella menyatakan bahwa salah satu prioritas utamanya sebagai Wamendikti Saintek adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui pengembangan sains dan teknologi. Menurutnya, inovasi di bidang sains dan teknologi merupakan kunci penting untuk mendukung program hilirisasi yang diusung oleh pemerintah. Stella menekankan pentingnya dukungan bersama dari berbagai pihak untuk mendorong riset dan inovasi yang lebih maju di Indonesia.

“Kami akan fokus pada pengembangan SDM dan inovasi baru yang dapat mendukung hilirisasi sains dan teknologi. Hilirisasi tidak akan terjadi tanpa adanya inovasi dari sains dan teknologi,” ujar Stella saat ditemui di Istana Negara setelah pelantikan.

Stella juga menyoroti pentingnya mengurangi kesenjangan dalam pendidikan tinggi dan riset, dengan tujuan agar pendidikan di Indonesia dapat menghasilkan inovasi yang relevan dengan perkembangan global.

5. Kehidupan Pribadi dan Pasangan yang Berprestasi

Stella Christie menikah dengan Bartek Czech, seorang ilmuwan asal Polandia yang juga memiliki latar belakang pendidikan yang sangat kuat. Bartek adalah lulusan University of Pennsylvania dan Harvard University, dengan predikat Magna Cum Laude. Sama seperti Stella, Bartek juga memiliki rekam jejak yang mengesankan di dunia akademik dan sains. Ia pernah menerima beberapa penghargaan, termasuk Block Award dari Aspen Center for Physics dan Joseph L. Barrett Award for Teaching dari Harvard University. Hingga kini, Bartek telah mempublikasikan lebih dari 30 makalah di jurnal internasional.

Kehidupan pribadi Stella yang sejalan dengan dunia akademik dan sains menjadikannya sosok yang memiliki pengaruh besar dalam bidang pendidikan tinggi dan teknologi, baik di Indonesia maupun di dunia internasional.

Masa Depan Pendidikan Tinggi dan Teknologi di Indonesia

Dengan latar belakang yang kaya akan pengalaman akademis dan riset, Stella Christie diharapkan dapat membawa perubahan signifikan dalam ekosistem pendidikan tinggi dan riset di Indonesia. Fokusnya pada pengembangan SDM, hilirisasi, serta inovasi sains dan teknologi menjadi langkah awal yang penting untuk memajukan Indonesia sebagai negara yang lebih kompetitif di tingkat global. Stella juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, institusi pendidikan, dan masyarakat untuk mencapai tujuan bersama dalam memajukan pendidikan dan teknologi di Indonesia.

Pos terkait